Minggu, 20 Desember 2015

Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan

Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan - Meningkatkan mutu pendidikan banyak cara dan strategi yang bisa dilakukan. Diantaranya dengan cara memperbaiki mutu guru, melengkapi sarana prasarana penunjang pembelajaran dan kurikulum pendidikan yang relevan, fleksibel dan aplikatif. Berkaitan dengan kurikulum pendidikan saat ini, kayaknya sudah waktunya diperbaharui. Karena muatan materi kurikulum yang digunakan saat ini membebani siswa dengan banyaknya mata pelajaran, tidak bertujuan pada pencapaian kompetensi, pembelajaran lebih pada guru member tahu dari pada bagaimana siswa mencari tahu, kurikulum pendidikan belum mengedepankan pendidikan budi  pekerti, , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak lebih sebagai dokumen kurikulum, kecenderungan Negara-negara  maju menambah jam belajar, dan rendanya prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika dimata internasional.
Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan - Kurikulum sebagai salah satu instrumen meningkatkan mutu pendidikan hendaknya memiliki muatan yang relevan. Baik relevan dari aspek sosial budaya maupun dengan aspek perkembangan psikologis dan kognitif siswa. Oleh karena itu, beberapa bagian kurikulum KTSP perlu diperbaharui atau paling tidak ditinjau ulang. Karena mata pelajaran pada KTSP cukup banyak dengan tingkat kesulitan ada yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis dan kognitif siswa.
Banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, dijejalkan oleh guru merupakan beban yang cukup berat bagi siswa. Walau ada harapan bahwa dengan mata pelajaran yang banyak dan bervariatif akan memberi ruang dan peluang pada siswa agar memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Tetapi dalam kenyataannya, tujuan ini tidak pernah terwujud. Andaikan ada yang mampu menguasai semua mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tapi jumlahnya tidak banyak. Itupun hanya menguasai permukaan mata pelajaran. Sementara pendalam materi bulum sempat dilakukan siswa, karena waktu belajar yang terbatas dan pelajaran yang lain menunggu giliran untuk dipelajari.
Hasil akhir yang harapkan oleh KTSP bukan bagaimana siswa memiliki kompetensi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa. Namun, lebih mengedepankan siswa memiliki pengetahuan yang banyak. Tapi tidak mendalam dan terintegrasi. Sehingga siswa tidak memiliki kemampuan mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain. Keadaan ini berdampak pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Siswa memiliki pengetahuan yang luas dan dangkal tetapi tidak bermakna. Karena pengetahuan yang banyak itu seolah-olah berdiri sendiri-sendiri.
Namun akan berbeda bila kita memandang tujuan suatu kurikulum yang menekankan pada pencapaian kompetensi. Karena yang ditekankan adalah pencapaian kompetensi, maka beban mata pelajaran dengan sendiri harus tidak banyak. Tapi siswa harus fokus pada mata pelajaran yang sesuai dengan potensi dirinya.  Sehingga siswa tidak diperkenankan mempelajari suatu bagian yang lain sebelum bagian yang sedang dipelajari belum dikuasai dengan baik. Cara ini mengantarkan siswa untuk memiliki kemampuan sedikit mata pelajaran tetapi mendalam. Daripada banyak mata pelajaran tetapi penguasaan terhadap pelajaran masih permukaannya saja atau dengan kata lain penguasaan terhadap materi mata pelajaran dangkal.  Karena itu, pada bagian ini kurikulum 2013 menggagas pengurangan mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Sedangkan untuk tingkat SMA atau yang sederajat, penjurusan dialihkan pada pemilihan mata pelajaran yang disukai yang disesuaikan dengan potensi diri, bakat, minat dan kemampuan siswa.
Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan - Selain itu, pembelajaran yang lebih menekankan pada guru mengajar membuat siswa pasif. Karena pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru seraca langsung, disadari atau tidak menempatkan siswa pada posisi yang pasif. Sehingga pembelajaran akan berkesan bahwa guru memberi tahu. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru semacam ini, tidak memberi ruang pada siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan minat dan potensinya. Peluang untuk melakukan eksperimen, eksplorasi, dan invistigasi terhalagi oleh dominasi guru. Dan pada akhirnya, siswa menjadi minim inisiatif , kreatifitas rendah dan ragu melakukan inovasi.
Masihkan praktik pembelajaran seperti di atas kita pertahankan? Tentu kita tidak menghendakinya. Karena kita perlu siswa yang bergairah. Semangat yang tinggi untuk tetap belajar dalam keadaan apapun. Siswa yang penuh inisiatif yang tidak puas dengan rutinitas. Siswa yang memiliki mimpi dengan kreatifitas yang tinggi sehingga menjadi siswa yang inovatif.
Apakah harapan ini akan terwujud dengan tetap mempertahankan KTSP? Mungkin saya terwujud. Tetapi sulit. Karena guru masih disibukkan dengan tuntutan administrasi pembelajaran sesuai dengan KTSP. Seperti, paling tidak setiap tahun guru bersama unsur pemangku kepentingan pendidikan merumuskan ulang KTSP. Dan karena ini, ada tingkat satuan pendidikan yang tidak mau repot-repot melakukan review KTSP. Bahkan ada yang lebih dari itu, mengambil KTSP sekolah lain lalu diganti identitasnya menjadi identitas sekolah sendiri. Belum lagi bila berbicara kesiapan siswa untuk belajar. Karena banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari, siswa mudah stress dan frustasi sehingga siswa sudah tidak bergairah sebelum belajar.

Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan
Bisa jadi karena stress dan frustasi tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, siswa mengalihkan persoalan belajar pada persoalan yang lain. Seperti bolos sekolah dan sering tidak acuh pada guru. Kalau ujian suka ngerpek dan contek-contekan. Selain itu, siswa mengalihkan tugas belajar untuk membagun komunitas tertentu, semisal gang motor. Walhasil, mereka menjadi siswa yang tidak memiliki sopan santun dan tatakrama.
Mungkin awalnya karena tidak suka mengikuti suatu mata pelajaran, mereka bolos sekolah. Karena bolos, mereka nongkrong dan ngerumpi di gardu atau di warung. Dari tempat ini muncul pembicaraan untuk tauran hingga penyalahgunaan narkotika dan miras. Kalau siswa sudah melangka hingga sejauh itu, maka wajar bila kecendrungan siswa saat ini terjadi dekadensi moral. Oleh karena itu, melalui instrumen kurikulum merusutnya moral siswa bisa diperbaiki, dikembalikan atau paling tidak diminimalisir.
Disamping itu, perlunya pembaharuan kurikulum karena kecenderungan Negara-negara maju menambah jam belajar siswa usia 7 – 14 tahun. Dibandingkan Negara lain, lama jam belajar siswa Indonesia usia 7 – 14 tahun berada dibawah rata-rata lama jam belajar Negara-negara lain. Paling tidak,  penyimpangan lama belajar siswa indonesia, 15% dari rata-rata lama belajar Negara-negara yang disurvei. Selain itu, kecenderungan dari dalam negeri, menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan pendidikan full day School dan bording school banyak diminati masyarakat perkotaan. Karena model pendidikan dinilai masyarakat berhasil dan unggul. Salah satu ciri pendidikan full day School dan bording school, yaitu lama waktu belajar siswa lebih lama dibandingkan dengan lama belajar siswa selain model tersebut.
Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan - Lebih lanjut, mencermati laporan Asesmen Internasional,  seperti Trends Internasional Mathmatics and Scaince Studies (TIMSS) dan  Program for International Student Assessment  (PISA ) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa indonesia untuk pelajaran matematika dan sains menempati posisi kelas bawah dari beberapa Negara yang disurvei.  PISA pada tahun 2009 melaporkan bahwa nilai rata-rata dan posisi siswa anak berusia 15 tahun untuk matematika dan sains secara berurutan adalah 371 dan menempati urutan ke-68, 383 dan menempati urutan ke-66. Sedangkan TIMSS pada tahun 2011 melaporkan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII hanya 386 dan menempati urutan ke 38 dari 42 negara. Sedangkan nilai rata-rata sains adalah 406 dan urutan ke-40 dari 42 negara.
Apa penyebab dari kemampuan matematika dan sains siswa Indonesia rendah dimata internasional? Padahal beberapa utusan Indonesia pada ajang olimpiade internasional sering menjadi juara. Ternyata, salah satu sebabnya adalah karena materi yang diujikan belum dipelajari oleh siswa. Mengapa belum mereka pelajari? Karena dalam kurikulum KTSP tidak ada materi tersebut. Oleh karena itu, pada kurikulum 2013 materi tersebut perlu dimasukkan. Selain itu, kecendrungan bentuk soal merupakan bentuk soal yang tidak lazim bagi siswa Indonesia. Karena soal tes berorentasi pada pemecahan masalah dan kontekstual. Sementara itu, siswa Indonesia kebanyakan terbiasa dengan soal rutin. Sehingga saat berhadapan soal tidak rutin mengalami kesulitan.
Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan - Jadi, jelaslah bahwa biarkanlah KTSP berlalu. Karena kurikulum 2013 yang akan menyempurnakan kekurangan KTSP. Seperti muatan materi kurikulum yang membebani siswa dengan banyaknya mata pelajaran, perlu dilakukan perampingan. Dari tidak bertujuan pada pencapaian kompetensi, menjadi bertujuan pencapaian kompetensi. Dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Kurikulum pendidikan yang belum mengedepankan pendidikan budi  pekerti, harus mengutamakan budi pekerti. Kurikulum sebagai dokumen, menjadi kurikulum yang aplikatif.
Tetapi, perlu disadari bahwa perubahan kurikulum ini perlu juga dibarengi dengan perubahan instrumen yang lain. Terutama perubahan pada pola berfikir dan berperilaku guru. Tanpa perubahan pada sumber daya guru, apapun namanya kurikulum, sebesar apapun dan bagaimanapun gaungnya, maka mutu pendidikan akan tetap jalan ditempat.
Sumber : http://penmasumenep.blogspot.co.id

Akankah Kurikulum KTSP Ditinggalkan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Pralistyaputra

0 komentar:

Posting Komentar